Konsep dan Model-Model Analisis Framing

KONSEP FRAMING

Secara sederhana, framing dapat dianalogikan seperti kita sedang memotret. Misalnya kita hendak memotret sebuah mobil, objek yang menjadi fokus perhatian adalah bagian interior dari mobil tersebut. Padahal kita tahu bahwa mobil meliputi bagian interior, ekterior, mesin dan bagian lainnya. Namun, yang menjadi fokus perhatian adalah bagian interior. Sisi bagian depan, tepatnya pada dashboard mobil, lebih diperlihatkan ketimbang interior pada bagian lain. Saat mengambil gambar ini, fotografer memiliki maksud dan tujuan sendiri. Ada sesuatu yang hendak ia tonjolkan sehingga orang yang melihat foto ini diarahkan tepat sesuai dengan keinginan dari si fotografer, tanpa harus melihat sisi atau bagian lain dari mobil tersebut.

Pada dasarnya, analisis framing merupakan versi terbaru dari pendekatan analisis wacana, khususnya untuk menganalisis teks media. Gagasan mengenai  framing, pertama kali dilontarkan oleh Beterson tahun 1955 (Sudibyo, 1999a:23). Mulanya, frame dimaknai sebagai struktur konseptual atau perangkat kepercayaan yang mengorganisir pandangan politik, kebijakan dan wacana, serta yang menyediakan kategori-kategori standar untuk mengapresiasi realitas. Konsep ini kemudian dikembangkan lebih jauh oleh Goffman pada 1974, yang mengandaikan frame sebagai kepingan-kepingan perilaku yang membimbing individu dalam membaca realitas.

Konsep framing telah digunakan secara luas dalam literatur ilmu komunikasi untuk menggambarkan proses penseleksian dan penyorotan aspek-aspek khusus sebuah realita oleh media.

Dalam ranah studi komunikasi, analisis framing mewakili tradisi yang mengedepankan pendekatan atau perspektif multidisipliner untuk menganalisis fenomena atau aktivitas komunikasi. Analisis framing digunakan untuk membedah cara-cara atau ideologi media saat mengkonstruksikan fakta. Analisis ini mencermati strategi seleksi, penonjolan, dan tautan fakta ke dalam berita agar lebih bermakna, lebih menarik, lebih berarti atau lebih diingat, untuk menggiring interpretasi khalayak sesuai perpektifnya (Sobur, 2001:162).

Dengan kata lain, framing adalah pendekatan untuk mengetahui bagaimana perspektif atau cara pandang yang digunakan oleh wartawan ketika menyeleksi isu dan menulis berita. Cara pandang atau perspektif itu pada akhirnya menentukan fakta apa yang diambil, bagian mana yang ditonjolkan dan dihilangkan, serta hendakl dibawa ke mana berita tersebut (Nugroho, Eriyanto, Surdiasis, 1999:21). Seperti halnya seorang fotografer dalam memilih objek gambar dan memotretnya sesuai dengan angle yang ia inginkan.

Jadi, kata kunci dari analisis framing adalah seleksi isu, pola penonjolan  dan menulis berita. Analisis framing berpusat pada produksi berita oleh media. Penonjolan adalah merupakan sebuah produk interaksi antara teks dan penerima, maka kehadiran frame dalam teks tidak menjamin pengaruhnya terhadap pemikiran khalayak (Entman, 1993, dalam Siahaan, 2001:78-79). Jadi perlu diingat analisis framing hanyalah pada level produksi teks media.

MODEL ANALISIS FRAMING

Setelah memahami prinsip dasar dari framing sekarang mari kita melihat model-model framing yang umum digunakan. Model analisis framing antara lain dari Murray Edelman, Robert N. Entman, William A. Gamson & Andre Modigliani, serta Zhongdan Pan & Gerald M. Kosicki. Di sini, saya hanya memaparkan dua model saja, Entman dan Pan & Kosicki.

Entman melihat framing dalam dua dimensi besar: seleksi isu dan penekanan atau penonjolan aspek-aspek tertentu dari realitas. Seleksi isu berkaitan dengan pemilihan fakta. Dari realitas yang kompleks dan beragam, aspek mana yang diseleksi untuk ditampilkan. Dari proses ini selalu terkandung di dalamnya ada bagian berita yang dimasukkan, tetapi ada juga berita yang dikeluarkan. Tidak semua aspek atau bagian dari isu ditampilkan, wartawan memilih aspek tertentu dari suatu isu.

Penonjolan aspek tertentu dari isu berkaitan dengan penulisan fakta. Ketika aspek tertentu di suatu peristiwa dipilih, bagaimana aspek tersebut ditulis. Hal ini sangat berkaitan dengan pemakaian kata, kalimat, gambar dan citra tertentu untuk ditampilkan kepada khalayak.

Definisi Problem/Problem Identification Pendefinisian masalah. Bagaimana suatu peristiwa/isu dilihat? Sebagai apa? Atau sebagai masalah apa?
Diagnose Causes Memperkirakan masalah atau sumber masalah. Peristiwa itu dilihat disebabkan oleh apa? Apa yang dianggap sebagai penyebab dari suatu masalah? Siapa (aktor) yang dianggap sebagai penyebab masalah?
Make Moral Judgement Membuat keputusan moral. Nilai moral apa yang disajikan untuk menjelaskan masalah? Nilai moral apa yang dipakai untuk melegitimasi atau mendelegitimasi suatu tindakan?
Treatment Recommendation Menkekankan penyelesaian masalah. Penyelesaian apa yang ditawarkan untuk mengatasi masalah/isu? Jalan apa yang ditawarkan dan harus ditempuh untuk mengatasi masalah?

Selanjutnya, model analisis framing menurut Pan & Kosicki. Dalam tulisan mereka Framing Analysis: An Approach to News Discourse, Pan & Kosicki mengoperasionalisasikan empat dimensi struktural teks berita sebagai perangkat framing, yaitu: sintaksis, skrip, tematik dan retoris. Keempat dimensi struktural tersebut membentuk semacam tema yang mempertautkan elemen-elemen semantik narasi berita dalam suatu koherensi global. Model ini berasumsi bahwa setiap berita mempunyai frame yang berfungsi sebagai pusat organisasi ide. Frame merupakan suatu ide yang dihubungkan dengan elemen yang berbeda dalam teks berita—kutipan sumber, latar informasi, pemakaian kata atau kalimat tertentu—kedalam teks secara keseluruhan. Frame berhubungan dengan makna. Bagaimana seseorang memaknai suatu peristiwa, dapat dilihat dari perangkat tanda yang dimunculkan dalam teks.

Struktur sintaksis bisa diamati dari bagan berita. Sintaksis berhubungan dengan bagaimana wartawan menyusun peristiwa—pernyataan, opini, kutipan, pengamatan atas peristiwa—ke dalam bentuk susunan kisah berita. Dengan demikian struktur sintaksis dapat diamati dari bagan berita (headline yang dipilih, lead yang dipakai, latar informasi yang dijadikan sandaran, sumber yang dikutip dan sebagainya).

Struktur skrip melihat bagaimana strategi bercerita. Struktur ini melihat gaya bertutur yang dipakai wartawan dalam mengemas peristiwa.

Struktur tematik berhubungan dengan cara wartawan mengungkapkan pandangannya atas peristiwa kedalam proposisi, kalimat, atau hubungan antarkalimat yang membentuk teks secara keseluruhan. Struktur ini akan melihat bagaimana pemahaman itu diwujudkan ke dalam bentuk yang lebih kecil.

Sedangkan struktur retoris berhubungan dengan cara wartawan menekankan arti tertentu. Dengan kata lain, struktur retoris melihat pemakaian pilihan kata, idiom, grafik, gambar yang digunakan untuk memberi penekanan pada arti tertentu.

STRUKTUR PERANGKAT FRAMING UNIT YANG DIAMATI
SINTAKSI

Cara wartawan menyusun kata

  1. Skema berita
Headline, lead, latar informasi, kutipan, sumber, pernyataan, penutup
SKRIP

Cara wartawan mengisahkan fakta

  1. Kelengkapa berita
5W+1H
TEMATIK

Cara wartawan menulis fakta

  1. Detail
  2. Maksud kalimat, hubungan
  3. Nominalisasi antarkalimat
  4. Koherensi
  5. Bentuk kalimat
  6. Kata ganti
Paragraf, proposisi
RETORIS

Cara wartawan menekankan fakta

  1. Leksikon

10.  Grafis

11.  Metafor

12.  pengandaian

Kata, idiom, gambar/foto, grafik

 

Daftar Pustaka

Sobur, A. 2001. Analisis Teks Media: Suatu Pengantar untuk Analisis Wacana, Analisis Simiotik, dan Analisis Framing. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Kriyantono, Rachmat. 2006. Teknik Praktis Riset Komunikasi: Disertai Contoh Praktis Riset Media, Public Relations, Advertising, Komunikasi Organisasi, Komunikasi Pemasaran. Jakarta: Kencana Prenada Media Group

 

2 comments

  1. numpang lewat · · Reply

    lumayan juga…ehm, nambahin nih, ada beberapa buku yg biasa dipake ma anak2 framing dll. Eriyanto.2002.Analisis Framing; Konstruksi, Ideologi, dan Politik Media.LKiS. lumayan bagus, dan ringan namun sangat membantu.

    1. iyaa.. saya udah coba cari buku itu, pinjem di beberapa perpus kampus tp mungkin krn bukan jodohnya, jd ga dapet deh.. klo buku itu ada, lumayan buat jd tambahan rujukan.. hehehe.. soalnya buku-buku yg membahas soal framing ini, kebanyakan juga mengutip bukunya mas Eriyanto.. btw, terima kasih atas komentarnya…

Leave a comment